Donald Trump

Kongres AS Murka pada Trump Serang Iran Tanpa Izin, Potensi Perang Meluas

Donald Trump

Washington, D.C. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai badai kritik setelah memerintahkan serangan ke tiga situs nuklir strategis milik Iran tanpa berkoordinasi dengan Kongres. Tindakan sepihak ini dianggap melanggar Konstitusi dan memicu kemarahan dari anggota parlemen lintas partai.

Serangan Tanpa Persetujuan Kongres: Dinilai Melanggar Konstitusi

Trump mengumumkan pada Sabtu malam (21/6) waktu AS bahwa militer Amerika telah menghancurkan fasilitas nuklir Fordow, Natanz, dan Isfahan di Iran. Namun, perintah serangan ini dikeluarkan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan Kongres lembaga yang secara hukum memiliki otoritas menyatakan perang.

“Ini adalah pelanggaran serius terhadap Undang-Undang Kekuasaan Perang tahun 1973,” ujar Senator Chris Van Hollen dari Maryland. “Hanya Kongres yang memiliki wewenang untuk menyatakan perang, bukan presiden secara sepihak.”

Kritik Pedas dari Kedua Partai

Tak hanya dari Demokrat, kritik juga datang dari internal Partai Republik. Anggota DPR Thomas Massie menyayangkan keputusan Trump dan menekankan pentingnya prosedur hukum sebelum melibatkan AS dalam konflik bersenjata.

Senator Tim Kaine dari Virginia menyebut langkah tersebut sangat berisiko dan bisa menyeret AS dalam perang terbuka melawan Iran. “Apakah kita akan menganggap ini perang jika Iran menyerang fasilitas nuklir kita? Tentu saja. Maka seharusnya Kongres juga dilibatkan.”

Seruan Pemakzulan dan Kekhawatiran Global

Anggota DPR Alexandria Ocasio-Cortez menilai tindakan Trump layak dimakzulkan. “Ini bukan hanya soal prosedur, tetapi soal keselamatan nasional. Melanggar aturan main dengan menyerang negara lain tanpa izin Kongres adalah tindakan berbahaya,” katanya.

Kemarahan juga datang dari para analis kebijakan luar negeri. Mereka menyebutkan bahwa konstitusi AS, meski memberikan Presiden peran sebagai Panglima Tertinggi Militer, tetap mengharuskan koordinasi dan pengawasan dari lembaga legislatif.

Iran: AS Telah Melampaui Batas

Sementara itu, Iran menyatakan bahwa Amerika telah melakukan agresi terbuka. Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyampaikan peringatan keras dalam panggilan diplomatik dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

“AS telah membuat kesalahan strategis. Mereka akan menerima balasan atas tindakan nekat ini,” ujar Pezeshkian.

Menlu Iran Abbas Araghchi bahkan segera terbang ke Moskow untuk berkonsultasi langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan tersebut digambarkan sebagai langkah koordinasi strategis atas meningkatnya eskalasi dari pihak AS dan Israel.

Dampak Global dan Reaksi Dunia

Langkah sepihak Trump bukan hanya memanaskan situasi di Timur Tengah, tetapi juga membuat negara-negara besar seperti Rusia dan China semakin waspada. Dalam beberapa hari terakhir, militer Rusia dilaporkan mulai meningkatkan patroli udara di kawasan Laut Kaspia sebagai bentuk kesiagaan.

Sementara itu, negara-negara Uni Eropa menyerukan de-eskalasi dan mendorong dialog diplomatik antara Iran dan AS. Namun, serangan udara yang dilakukan tanpa dasar hukum internasional ini menyulitkan upaya mediasi.

Masa Depan Diplomasi di Ujung Tanduk

Tindakan Trump memerintahkan serangan militer terhadap Iran tanpa restu Kongres menimbulkan konsekuensi serius bukan hanya dalam ranah hukum domestik, tetapi juga diplomasi global. Dalam iklim internasional yang sedang rapuh, keputusan sepihak ini bisa menjadi pemicu konflik skala besar yang tak diinginkan siapa pun.