Israel

Mengapa Israel Tak Akan Mundur dan Iran Akan Terus Menyerang Zionis? Ini Penjelasannya

Israel

hastobeperfect, Konflik antara Israel dan Iran telah mencapai titik kritis. Serangan udara balasan, rudal jarak jauh, dan ancaman terbuka menjadi pemandangan harian yang memperburuk situasi di Timur Tengah. Lalu, mengapa Israel tampak tidak akan mundur? Dan kenapa Iran justru terus melawan dan membalas setiap serangan? Berikut penjelasan yang lebih mendalam berdasarkan analisis mantan negosiator nuklir Amerika Serikat, Alan Eyre.

1. Israel Tak Merasa Tertekan Oleh Dunia Internasional

Alan Eyre menegaskan bahwa tidak ada tekanan internasional yang cukup kuat untuk menghentikan Israel. Meskipun dunia menyaksikan eskalasi ini dengan cemas, Israel tetap merasa memiliki legitimasi penuh untuk melindungi kepentingan nasionalnya, terutama dari ancaman Iran.

“Israel punya rencana, dan mereka menjalankannya. Tidak ada tekanan internasional yang cukup efektif untuk menghentikannya,” ujar Eyre.

Fakta ini membuat Israel berani melanjutkan operasi militer besar-besaran, bahkan hingga menyerang langsung wilayah Iran, termasuk target sensitif seperti fasilitas nuklir dan markas militer elit.

2. Bukan Lagi Soal Nuklir, Israel Ingin Guncang Rezim Iran

Jika sebelumnya Israel hanya terobsesi dengan menghentikan program nuklir Iran, kini tujuannya dinilai telah berkembang menjadi lebih strategis dan politis: mengguncang kestabilan internal Iran.

“Apakah Israel hanya ingin melumpuhkan program nuklir Iran? Atau apakah sebenarnya mereka ingin mendorong perubahan rezim di Iran dengan cara meningkatkan tekanan terhadap rakyatnya?” kata Eyre.

Dengan kata lain, serangan Israel bisa jadi bukan hanya bentuk pertahanan, tapi juga bagian dari upaya jangka panjang untuk menciptakan perubahan geopolitik besar di wilayah tersebut.

3. Iran Dipaksa Balas Demi Wibawa Nasional

Meski tidak dalam posisi kuat, Iran tidak punya banyak pilihan. Tekanan dari dalam negeri menuntut Teheran untuk membalas demi mempertahankan wibawa politik dan stabilitas rezim.

“Iran harus menanggapi secara militer hanya untuk menyelamatkan muka di dalam negeri,” jelas Eyre.

Namun, balasan tersebut belum cukup untuk menekan Israel secara signifikan. Serangan Iran lebih bersifat simbolis dan bertujuan politik domestik, bukan murni militer strategis. Bahkan, beberapa analis menilai Iran sedang bermain dalam perang psikologis dan opini publik.

4. Iran Terus Menyerang Karena Jalan Diplomatik Sulit

Opsi diplomatik bagi Iran sangat terbatas. Hubungan buruk dengan negara-negara Barat, minimnya sekutu global, serta dominasi narasi Israel di panggung internasional membuat Teheran merasa terisolasi.

“Bahkan jika Iran memiliki sekutu, Israel tidak akan mendengarkan opini internasional jika menyangkut apa yang mereka anggap sebagai target sah,” tutur Eyre.

Oleh karena itu, Iran diyakini akan terus melakukan serangan demi serangan terhadap Israel selama operasi militer masih berlangsung, setidaknya hingga mereka melihat kesempatan untuk “mundur terhormat”.

5. Kekhawatiran Besar: Iran Bisa Ubah Arah ke Senjata Nuklir

Yang paling dikhawatirkan dari eskalasi ini adalah kemungkinan Iran mengubah pendekatan dari hanya mempertahankan kemampuan nuklir ke ambisi nyata memiliki senjata nuklir aktif.

“Setelah Israel berhenti mengebom, Iran mungkin akan mencoba untuk benar-benar mendapatkan senjata nuklir. Dan itu sangat mengkhawatirkan,” tegas Eyre.

Jika ini terjadi, konflik bisa berubah drastis menjadi ancaman eksistensial bagi kawasan dan dunia.

Perang antara Israel dan Iran bukan lagi sekadar konflik konvensional. Ini adalah pertarungan antara dua kekuatan regional yang masing-masing tidak ingin mundur. Israel merasa punya kebebasan bertindak penuh dan tidak terpengaruh tekanan global. Sementara Iran merasa terpojok dan harus membalas untuk menjaga wibawa dan legitimasi.

Selama tidak ada mediasi efektif, dan kedua pihak terus bersikukuh pada strategi ofensif, kemungkinan besar eskalasi akan terus berlanjut. Dunia kini hanya bisa bertanya: sampai kapan?