hastobeperfect Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Iran. Dalam operasi yang disebut sebagai “Rising Lion,” militer Israel mengerahkan 70 jet tempur yang bermanuver selama 2,5 jam di atas wilayah Iran, termasuk Teheran. Serangan ini diklaim berhasil menghantam lebih dari 40 target strategis, mulai dari sistem pertahanan udara hingga markas komando militer Iran.
Juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, mengatakan bahwa serangan pembuka itu berhasil menciptakan kebebasan udara hingga ke jantung ibu kota Iran.
“Teheran tidak lagi kebal. Jet tempur kami terbang bebas selama dua setengah jam. Ini bukan peringatan, ini adalah pesan yang jelas,” ungkap Defrin seperti dikutip Al Jazeera.
Peringatan Keras Teheran Bisa Terbakar
Sebelum serangan terjadi, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir sempat melontarkan peringatan keras kepada Iran. “Jika Khamenei terus menargetkan warga sipil kami, maka Teheran akan terbakar,” ucap Gallant dalam pernyataan terbuka.
Serangan balasan ini disebut sebagai tanggapan langsung atas serangan drone dan rudal yang dilakukan Iran sehari sebelumnya, yang menyebabkan tiga warga sipil Israel tewas dan lebih dari 70 orang luka-luka di Tel Aviv dan Yerusalem.
Iran Menggeliat, Dunia Waspada
Setelah serangan Israel, Iran membalas dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel. Beberapa rudal berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome, namun sejumlah lainnya menghantam wilayah pemukiman padat seperti Ramat Gan, menyebabkan kehancuran parah.
Militer Iran, melalui Garda Revolusi, mengklaim telah menyerang puluhan target Israel. Duta besar Iran untuk PBB menyebut bahwa 78 orang tewas dan 320 lainnya luka-luka akibat gelombang pertama serangan Israel. Iran juga memperingatkan negara-negara seperti Inggris, Prancis, dan AS agar tidak ikut campur, atau mereka akan ikut menjadi sasaran.
“Setiap negara yang ikut campur akan kami anggap sebagai bagian dari konflik. Pangkalan militer mereka akan menjadi target kami,” bunyi laporan media Iran Mehr.
Fasilitas Nuklir Jadi Sasaran
Salah satu fokus serangan Israel adalah fasilitas pengayaan uranium di Natanz dan markas komando strategis Iran. Bahkan, dalam laporan yang belum diverifikasi secara resmi, disebutkan bahwa serangan udara tersebut menewaskan Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, serta beberapa komandan Garda Revolusi senior lainnya.
Ini merupakan pertama kalinya Israel secara langsung menyerang wilayah Teheran dengan skala sebesar ini. Selama beberapa dekade, konflik antara kedua negara lebih sering terjadi melalui proksi dan perang siber, bukan konfrontasi langsung.
Reaksi Global dan Kekhawatiran Perang Terbuka
Serangan Israel ke jantung Iran memicu kecemasan internasional. PBB dan Uni Eropa menyerukan de-eskalasi dan menekankan pentingnya dialog diplomatik. Amerika Serikat, sekutu utama Israel, menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri, namun tetap menyatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri.
Sementara itu, rakyat Iran turun ke jalan memprotes agresi Israel, mengibarkan bendera dan meneriakkan slogan-slogan anti-Zionis. Di sisi lain, ribuan warga Israel berbondong-bondong menuju tempat perlindungan setelah sirene serangan udara berbunyi di seluruh negeri.
Masa Depan Timur Tengah dalam Ancaman
Dengan kedua belah pihak saling mengklaim keberhasilan dan korban terus bertambah, komunitas internasional khawatir bahwa ini akan berkembang menjadi konflik berskala penuh di Timur Tengah. Jika serangan terus berlanjut, dampaknya tak hanya akan terasa secara militer, namun juga bisa menghancurkan stabilitas ekonomi dan diplomasi regional yang sudah rapuh.