Washington – Upaya diplomasi Amerika Serikat kembali menjadi sorotan setelah Presiden Donald Trump menjamu sejumlah pemimpin Eropa di Gedung Putih untuk membicarakan konflik Ukraina. Pertemuan itu digelar hanya beberapa hari setelah pertemuan puncak Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska yang dinilai belum menghasilkan terobosan berarti.
Trump yang sejak lama menyebut perang Ukraina bisa “diselesaikan dalam 24 jam” kini menghadapi tekanan besar untuk menunjukkan langkah nyata. Dari rangkaian perundingan tersebut, terdapat empat poin penting yang menjadi hasil pembahasan utama.
1. Pertemuan Putin dan Zelenskyy, Makin Dekatkah?
Kemungkinan pertemuan langsung antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mencuat. Selama ini, Putin menolak ide tersebut dengan alasan adanya sejumlah prasyarat. Namun, menurut Trump, ia telah berbicara langsung dengan Putin untuk membahas kemungkinan pertemuan bilateral.
“Saya sudah menelepon Presiden Putin untuk membicarakan pengaturan pertemuan dengan Presiden Zelenskyy. Setelah itu, akan ada pertemuan trilateral bersama saya,” kata Trump dalam konferensi pers.
Kanselir Jerman Friedrich Merz bahkan menyebut bahwa Putin memberi sinyal kesiapan untuk bertemu Zelenskyy dalam dua minggu ke depan. Sementara Zelenskyy menyatakan dirinya terbuka untuk berunding demi perdamaian. Meski begitu, Presiden Finlandia Alexander Stubbs menegaskan bahwa langkah Putin masih sulit dipercaya. “Putin jarang bisa dipercaya,” ujarnya.
2. Jaminan Keamanan bagi Ukraina
Trump menyampaikan bahwa AS akan berperan dalam memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina, meskipun ia menekankan bahwa negara-negara Eropa tetap harus menjadi garis pertahanan pertama.
“Dalam hal keamanan, akan ada banyak bantuan. Namun, Eropa juga harus mengambil peran utama,” ujar Trump.
Zelenskyy menyebut jaminan keamanan itu sebagai isu kunci dalam mengakhiri perang. Ia mengatakan bahwa kesepakatan mengenai jaminan tersebut akan diformalkan dalam waktu dekat, sekitar 7–10 hari ke depan.
3. Trump Ingin Jadi “Pembawa Perdamaian”
Ambisi Trump untuk dikenang sebagai presiden yang membawa perdamaian dunia kembali terlihat jelas. Ia bahkan mengklaim telah “mengakhiri enam konflik internasional” sejak menjabat, termasuk antara Israel dan Iran, India dan Pakistan, serta Serbia dan Kosovo.
Meski demikian, sejumlah analis menilai klaim tersebut berlebihan. Andrew Roth dari The Guardian menilai banyak konflik yang disebut Trump sebenarnya belum benar-benar terselesaikan. Namun, Trump tetap menegaskan bahwa diplomasi di Ukraina adalah langkah terpenting berikutnya dalam catatan kepresidenannya.
4. Dorongan Baru bagi Industri Pertahanan AS
Salah satu hasil perundingan yang paling menarik perhatian adalah potensi keuntungan besar bagi industri pertahanan Amerika Serikat. Zelenskyy dikabarkan menyetujui pembelian senjata AS senilai sekitar USD90 miliar, termasuk pesawat tempur dan sistem pertahanan udara, sebagai bagian dari jaminan keamanan yang ditawarkan Trump.
Selain itu, AS juga disebut akan membeli program pesawat nirawak Ukraina yang nilainya dilaporkan mencapai USD50 miliar, menurut Financial Times. Langkah ini menunjukkan bahwa di balik upaya diplomasi, terdapat agenda ekonomi yang bisa memperkuat industri pertahanan Amerika.
Pertemuan di Gedung Putih menunjukkan bahwa diplomasi untuk mengakhiri perang Ukraina terus bergerak, meski jalan menuju perdamaian masih panjang. Empat hasil utama – kemungkinan pertemuan Putin-Zelenskyy, jaminan keamanan bagi Ukraina, ambisi Trump sebagai pembawa perdamaian, serta peluang besar bagi industri pertahanan AS – menjadi sinyal bahwa isu politik dan ekonomi berjalan beriringan dalam setiap negosiasi.
Apakah langkah ini benar-benar membawa perdamaian atau justru membuka babak baru dalam persaingan global? Jawabannya masih menunggu perkembangan beberapa minggu ke depan.