Tiga Pekan Jelang Kelulusan, Mahasiswa China di AS Kena Cabut Visa Tanpa Alasan Jelas
Jakarta, Hastobeperfect – Nasib pilu menimpa Jayson Ma, mahasiswa asal Tiongkok yang tengah menyelesaikan studi teknik listrik dan komputer di Carnegie Mellon University, Amerika Serikat. Hanya tiga minggu sebelum ujian akhir semester, visa pelajarnya mendadak dicabut oleh otoritas imigrasi AS tanpa alasan resmi, membuat masa depannya di ujung tanduk.
Ma, yang telah tinggal di AS sejak 2016, mengaku terkejut saat menerima telepon dari pihak kampus mengenai pencabutan visa tersebut. Padahal, menurutnya, visa F-1 yang dimilikinya masih berlaku hingga musim semi 2026.
“Tinggal tiga minggu lagi saya menyelesaikan semester ini. Ujian akhir sudah dekat, dan kejadian ini benar-benar mengguncang mental,” kata Ma, dikutip dari The Express Tribune.
Kasus Lama Jadi Pemicu?
Meski tidak ada pernyataan resmi dari pihak USCIS (United States Citizenship and Immigration Services), pengacara Ma, Joseph Murphy, menduga pencabutan visa ini mungkin berkaitan dengan kasus DUI (mengemudi dalam pengaruh alkohol) yang pernah menimpa Ma pada 2023.
Namun Murphy menegaskan, kasus tersebut telah diselesaikan melalui Accelerated Rehabilitative Disposition (ARD)—program hukum khusus di Pennsylvania—dan catatannya telah dihapus.
“Ini bukan soal kejahatan berat. Ini adalah seorang mahasiswa yang tetap memilih tinggal dan menyelesaikan studinya, bahkan saat ibunya tengah melawan kanker stadium akhir di Tiongkok,” ucap Murphy, menggambarkan kondisi emosional yang sedang dihadapi Ma.
Tak Sendirian: Enam Mahasiswa Lain Juga Terdampak
Ternyata, Ma bukan satu-satunya yang mengalami pencabutan visa secara tiba-tiba. Enam mahasiswa dan lulusan baru lainnya di Carnegie Mellon juga mengalami nasib serupa. Pihak kampus menyampaikan bahwa data mereka di SEVIS (Sistem Informasi Mahasiswa dan Pengunjung Pertukaran) telah dihentikan.
Kasus ini tak hanya terjadi di Carnegie Mellon. Universitas Pittsburgh melaporkan setidaknya tiga mahasiswa internasional mereka mengalami pencabutan visa, sedangkan Penn State University mengakui bahwa beberapa mahasiswanya juga terkena dampak, meski tidak merinci jumlahnya.
Kampus Tawarkan Bantuan Hukum dan Konseling
Sebagai bentuk respons, beberapa universitas kini mengambil langkah proaktif dengan menawarkan bantuan hukum, layanan kesehatan mental, dan alternatif kelas daring bagi mahasiswa terdampak. Penn State, misalnya, menyediakan kelas online melalui Penn State World Campus untuk menjamin kelangsungan pendidikan mahasiswanya.
“Kami aktif berkomunikasi dengan mahasiswa internasional dan terus memberikan pembaruan serta panduan hukum dan perjalanan,” ujar juru bicara Universitas Pittsburgh.
Ketidakpastian Visa dan Tekanan Mental
Ma kini menjalani hari-harinya dengan penuh kecemasan. Ia selalu membawa paspor dan dokumen penting, bersiap jika sewaktu-waktu diminta meninggalkan AS secara mendadak. Meski masih diizinkan mengikuti kelas, ketidakjelasan status membuatnya sulit fokus menjalani masa studi akhir.
Para ahli hukum menilai pencabutan visa secara tiba-tiba tanpa penjelasan resmi seperti ini dapat berdampak serius terhadap stabilitas emosional dan akademik mahasiswa internasional. Mereka juga menyoroti praktik imigrasi yang dianggap tidak transparan, terutama ketika menyangkut catatan hukum kecil yang telah diselesaikan secara sah.
“Bisa saja ini bagian dari agenda politik yang lebih besar. Tapi saat ini, kami belum tahu pasti,” kata Murphy, yang masih menunggu klarifikasi resmi dari otoritas imigrasi.
Penutup: Isu Imigrasi Mahasiswa Internasional Makin Sensitif
Kasus Jayson Ma menambah daftar panjang mahasiswa internasional yang mengalami tekanan akibat kebijakan visa yang tak menentu. Di tengah perjuangan menyelesaikan pendidikan dan beban pribadi yang berat, pencabutan visa seperti ini bukan hanya menggagalkan mimpi, tapi juga menunjukkan perlunya perlindungan hukum dan kebijakan yang lebih adil bagi pelajar asing di Amerika Serikat.