HastobeperfectAmerika Serikat kembali memulangkan tiga tahanan dari penjara militer Guantanamo, termasuk dua warga Malaysia yang terlibat dalam kasus pengeboman Bali 2002. Keputusan ini menyoroti upaya pemerintah AS untuk mengurangi jumlah tahanan di fasilitas kontroversial tersebut, yang kini hanya menyisakan 27 orang. Berikut ini adalah rincian lengkapnya.

Warga Malaysia Kembali ke Tanah Air

Dua warga Malaysia, Mohammed Farik bin Amin dan Mohammed Nazir bin Lep, telah dipindahkan ke negara asal mereka setelah mengakui peran mereka dalam serangan bom Bali yang menewaskan 202 orang. Keduanya juga setuju menjadi saksi dalam kasus melawan dalang serangan, Encep Nurjaman alias Hambali, yang dikenal sebagai pemimpin Jemaah Islamiyah, afiliasi al-Qaeda.

Peran dalam Serangan dan Konsekuensinya

Mohammed Farik dan Mohammed Nazir dinyatakan bersalah atas dakwaan konspirasi pada awal tahun ini. Mereka terlibat dalam membantu Hambali melarikan diri setelah tragedi bom Bali. Kesaksian mereka diharapkan menjadi kunci dalam persidangan Hambali yang dijadwalkan pada Januari mendatang.

Sejarah dan Kontroversi Guantanamo

Penjara Guantanamo, yang didirikan oleh Presiden George W. Bush pasca serangan 11 September 2001, menjadi simbol Perang Melawan Terorisme. Pada masa puncaknya, fasilitas ini menampung ratusan tahanan, kebanyakan Muslim, dari seluruh dunia. Namun, hingga kini hanya dua tahanan yang menjalani masa hukuman, sementara lainnya menghadapi proses hukum yang terhambat oleh masalah logistik dan tuduhan penyiksaan oleh CIA.

Pemulangan Tahanan Lain

Selain dua warga Malaysia, AS juga memulangkan Mohammed Abdul Malik Bajabu, seorang warga Kenya, yang telah ditahan selama 17 tahun tanpa dakwaan. Saat ini, 15 tahanan lainnya masih menunggu pembebasan, dengan AS berupaya mencari negara yang aman untuk menerima mereka, terutama mengingat banyak di antaranya berasal dari Yaman, negara yang masih dilanda konflik.

Desakan untuk Menutup Guantanamo

Amnesty International mendesak Presiden Joe Biden untuk segera menutup Guantanamo, terutama bagi mereka yang ditahan tanpa dakwaan. Organisasi HAM ini menilai praktik penahanan tanpa batas waktu sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang serius dan mendesak tindakan nyata sebelum masa kepemimpinan Biden berakhir.

Kesimpulan

Pemulangan tahanan Guantanamo menjadi langkah penting dalam mengurangi kritik terhadap kebijakan penahanan tanpa batas waktu di penjara tersebut. Namun, dengan banyaknya hambatan hukum dan logistik, penyelesaian masalah Guantanamo masih menjadi tantangan besar bagi pemerintah AS.

By Nabila